Pembangunan Pertanian, Sumber Daya, dan Lingkungan Berkelanjutan melalui Mitigasi Bencana di Sumatera Barat
Pembangunan Pertanian, Sumber Daya, dan Lingkungan Berkelanjutan melalui Mitigasi Bencana di Sumatera Barat
Bogor, 14 Februari 2024 — Dr. Ir. Rudy Rinaldy, MT, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sumatera Barat, menyampaikan kuliah tamu kepada mahasiswa Departemen ESL Semester 6 sebagai bagian dari pembekalan mata kuliah capstone. Dalam kesempatan ini, Dr. Rudy membahas ancaman bencana alam di Sumatera Barat serta strategi mitigasi untuk menjaga keberlanjutan sektor pertanian, sumber daya alam, dan lingkungan. Selain itu, beliau juga memaparkan peluang magang di BPBD Provinsi Sumatera Barat bagi mahasiswa. Sumatera Barat merupakan salah satu daerah dengan tingkat risiko bencana alam tertinggi di Indonesia. Dengan garis pantai sepanjang ±2.420 km dan kondisi geografis yang kompleks, provinsi ini rentan terhadap berbagai bencana seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan tsunami. Kerentanan ini tidak hanya mengancam keselamatan penduduk, tetapi juga keberlanjutan sektor pertanian dan lingkungan di wilayah tersebut. Bencana alam yang melanda Sumatera Barat sepanjang tahun 2024 telah menyebabkan kerusakan signifikan di sektor pertanian dan lingkungan. Di Kabupaten Agam, banjir lahar dingin dan tanah longsor merusak lebih dari 345 hektar lahan pertanian serta menyebabkan hilangnya ribuan ekor ternak. Sementara di Kabupaten Tanah Datar, banjir dan longsor menghancurkan ratusan hektar lahan serta infrastruktur pertanian, memengaruhi ribuan petani lokal.
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh bencana ini memperburuk kerentanan ekosistem. Erosi tanah, sedimentasi sungai, dan rusaknya sistem irigasi menurunkan kualitas lahan pertanian dan mengancam ketahanan pangan di wilayah tersebut. Strategi Mitigasi dan Adaptasi untuk Keberlanjutan Untuk menghadapi risiko bencana alam yang tinggi, pemerintah Sumatera Barat telah mengembangkan berbagai program mitigasi dan adaptasi, antara lain: Penerapan Early Warning System (EWS): Sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami dikembangkan untuk memberikan informasi cepat kepada masyarakat. Upaya digitalisasi EWS dilakukan agar sistem ini lebih inklusif dan efektif. Peningkatan Infrastruktur Pertanian: Rehabilitasi sistem irigasi dan pembangunan jalur evakuasi dilakukan untuk meminimalkan risiko bagi petani di daerah rawan bencana. Program Desa Tangguh Bencana (DESTANA): Program ini bertujuan memperkuat kapasitas komunitas lokal melalui pelatihan mitigasi bencana dan manajemen risiko, menciptakan desa yang lebih tangguh terhadap bencana. Operasi Modifikasi Cuaca: Bekerjasama dengan BMKG, program ini menggunakan teknologi penyemaian awan untuk mengurangi intensitas hujan ekstrem, sehingga dapat meminimalkan risiko banjir dan longsor. Kolaborasi Multi Pihak (Pentahelix): Pemerintah mengadopsi pendekatan Pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, masyarakat, media, dan sektor swasta dalam pengelolaan risiko bencana secara komprehensif. Upaya Keberlanjutan Sumber Daya dan Lingkungan Selain fokus pada mitigasi bencana, pemerintah juga mengambil langkah untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan melalui program berikut:
Rehabilitasi Hutan dan Daerah Aliran Sungai (DAS): Program ini bertujuan mengurangi risiko banjir dan longsor serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Konservasi Lahan Pertanian: Pemerintah mendorong praktik pertanian ramah lingkungan seperti agroforestry dan konservasi tanah untuk menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian. Penerapan Building Code: Standar konstruksi yang aman diterapkan di wilayah rawan bencana untuk meminimalkan risiko kerusakan bangunan dan dampak negatif terhadap lingkungan. Membangun Ketahanan untuk Masa Depan Pembangunan pertanian, sumber daya alam, dan lingkungan yang berkelanjutan di Sumatera Barat menghadapi tantangan besar akibat risiko bencana alam. Namun, dengan kolaborasi multi pihak, inovasi teknologi, dan program berbasis komunitas, upaya mitigasi dan adaptasi dapat memperkuat ketahanan wilayah ini. Dr. Rudy Rinaldy menegaskan bahwa keberhasilan dalam menghadapi risiko bencana bergantung pada sinergi antara pemerintah, akademisi, masyarakat, dan sektor swasta. “Mitigasi bencana bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga tentang membangun kesadaran dan ketangguhan masyarakat,” ujarnya. Melalui upaya ini, diharapkan keberlanjutan sektor pertanian dan lingkungan di Sumatera Barat dapat terjaga, sekaligus memastikan kesejahteraan masyarakat lokal di tengah ancaman bencana yang terus mengintai.